Posisi Arema FC di dasar klasemen sementara BRI Liga 1 musim 2023/2024 ternyata turut menjadi sorotan dari sejumlah warganet.
Para warganet menilai, hasil buruk Arema FC di awal musim ini akibat manajemen klub yang terkesan sudah melupakan kasus Tragedi Kanjuruhan.
Padahal, hingga kini para keluarga korban masih menuntut adanya keadilan terhadap keluarga mereka yang harus meregang nyawa, dalam tragedi paling berdarah sepanjang sejarah sepak bola tanah air itu.
Bahkan, beberapa warganet meminta para Aremania untuk memboikot seluruh pertandingan Arema FC, hingga jajaran klub ikut bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Kekecewaan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan
Akun twitter @PanditFootball sempat membuat wawancara bersama sejumlah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan dan beberapa pihak lainnya.
Salah satu keluarga korban, Cholifatul Noor menuntut manajemen klub Arema FC untuk menuntaskan Tragedi Kanjuruhan yang memakan 135 korban jiwa.
“Anda (Arema FC) main silahkan. Tapi tuntaskan dulu (Tragedi Kanjuruhan). Mana perhatian, mana simpati kalian ke kita. Lebih baik Malang ini dijadikan kota pelajar saja daripada Arema FC,” ujarnya.
Lain lagi dengan keluarga korban lainnya, Devi Athok. Ia mengaku sangat geram dengan sikap Arema FC dalam kasus ini. Ia bahkan mengaku telah melenyapkan semua hal yang berhubungan dengan Arema FC.
“Saya menyesal mengenalkan Arema kepada anak, adik, dan saudara. Sampai mati saya tidak akan mendukung Arema, (meski) saya arek Malang,” tegasnya.
Renovasi Stadion Kanjuruhan
Presiden Joko Widodo mengatakan akan merobohkan Stadion Kanjuruhan untuk dibangun kembali sesuai standar FIFA.
Renovasi itu merupakan bentuk evaluasi sekaligus transformasi dan reformasi sepak bola Indonesia, usai tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
Wacana ini mendapatkan tentangan keras dari pihak keluarga korban Tragedi Kanjuruhan bersama sejumlah pihak lainnya.
Perwakilan LBH Malang, Dermawan Tandeang menilai, wacana renovasi Stadion Kanjuruhan ini justru diduga sebagai upaya untuk menghilangkan alat bukti dari kasus yang masih belum jelas ini.
“Kalau Stadion Kanjuruhan direnovasi, secara otomatis semua fakta hukum saat kejadian Tragedi Kanjuruhan akan ikut hilang. Sementara, proses hukum keadilan bagi keluarga korban sampai saat ini belum terpenuhi,” ujar Dermawan.