Rasisme Kembali Menghantui Sepak Bola: Kasus Terbaru di La Liga Spanyol dan Realitas di Indonesia

Lagi-Lagi Rasis TIMNAS.CO - Kasus rasialisme kembali menghampiri dunia sepak bola. Lokasi kejadiannya ada di La Liga Spanyol dengan laga antara Valencia melawan Real Madrid menjadi panggung tragedi. Dan pemain bintang Real Madrid, Vinicius Jr menjadi korban keganasan rasisme suporter Valencia. Tampak Vinicius Jr berurai air mata. Siapa yang tidak tahan jika mendapatkan perlakuan hina hanya karena perbedaan warna kulit saja? La Liga Spanyol memang bukan tempat yang ramah bagi beberapa pemain tertentu. Kasus rasialisme kerap saja terjadi. Bahkan pemilik klub Valencia, Peter Lim yang asal Singapura juga kerap mendapatkan hinaan rasialis saat suporter Valencia menggelar aksi protes menuntut Peter Lim segera menjual klub dan cepat-cepat pergi. Anehnya, masih saja ada yang membela kelakuan biadab ini. "Sering provokasi sih. Ga heran kalau dapat tindakan begitu" Rasisme tetap rasisme. Titik. Tidak ada pembelaan yang benar atas aksi tersebut. Provokasi adalah hal yang cukup wajar dalam sepak bola. Meski kadang tidak bisa dipungkiri, tensi yang panas bisa mengacaukan otak. Sudah menjadi kebiasaan. Inilah masalahnya. Jujur, terkadang kita sering mengejek fisik seseorang dengan sebutan 'si item', 'si gendut', dan lain sebagainya. Mungkin wajar dalam pergaulan apalagi di lingkungan teman dekat. Mungkin tidak ada yang diambil hati. Tapi mungkin juga ada yang diambil hati tapi dipendam saja. Di ranah sepak bola Indonesia sendiri, kasus rasisme juga kerap terjadi. Yang paling baru adalah dugaan ucapan berbau rasisme oleh kapten Barito Putera, Bayu Pradana kepada pemain PSS Sleman Todd Ferre saat keduanya terlibat cekcok. Bayu Pradana sendiri sudah mengklarifikasi masalah tersebut. Dirinya membela jika dia sama sekali tidak melakukan ucapan yang tidak pantas kepada Todd Ferre. Pemain asal Papua dan Afrika kerap mendapatkan perilaku tidak pantas di kompetisi sepak bola Indonesia. Bahkan kalau dikumpulkan, kasusnya komplit dan merata dari Liga 1, Liga 2, Liga 3. sampai Liga 1 Putri yang terjadi pada laga antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung di tahun 2019. Dan kesalnya, perilaku rasisme yang dilakukan oleh sekelompok suporter, kian marak di media sosial. Kita masih ingat bagaimana kasus Patrich Wanggai yang mendapatkan komentar-komentar rasis dari para pengecut di media sosial. Soal pemain yang suka melakukan provokasi, itu adalah ranah pengadil di lapangan dan Komisi Disiplin PSSI jika kejadiannya di Indonesia. Bukan suatu justifikasi suatu aksi yang biadab. Liga 1 sendiri akan dimulai pada tanggal 1 Juli 2023 nanti. Semoga dalam perjalanannya nanti, tidak ada lagi aksi maupun dugaan rasisme kepada pemain, pelatih, ofisial, dan penonton.

Baca Juga