PT LIB dianggap sekedar cari aman. Bahkan seakan menuding jika suporterlah biang keladi semua permasalahan yang ada di sepak bola Indonesia.
Lebih dari itu, PT LIB seakan menghasut, mengadu domba, serta menciptakan kecurigaan di antara suporter. Padahal menurut suporter, saat ini mereka ini memunculkan atmosfer sepak bola yang damai dengan suporter lain. Tapi dengan adanya sikap dari PT LIB, malah semakin menebar kecurigaan.
Jika alasannya adalah Tragedi Kanjuruhan, kejadian tersebut malah tidak dihadiri oleh suporter tamu. Beberapa pihak juga menyebut keputusan ini adalah cerminan dari PT LIB yang ogah kerja dan hanya mau cari aman.
Namun ada juga pihak yang mendukung langkah PT LIB tersebut. Menurut mereka, memang sudah sebaiknya transformasi dilakukan secara perlahan. Bukan mencari aman, tapi mencari solusi jangka panjang untuk masalah ini.
Memang, tak bisa dipungkiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kerusuhan antar suporter, yang selalu disalahkan adalah panitia, dalam hal ini PT LIB.
Beberapa oknum suporter juga banyak yang kepala batu. Sudah tahu dilarang datang, tapi tetap ngotot. Seperti yang terjadi pada laga Derby Jawa Tengah antara PSIS Semarang dengan Persis Solo pada Liga 1 musim kemarin.
Sepak bola tanpa suporter memang hanyalah panggung lawak. Tensi tinggi yang diciptakan oleh suporter kandang dan suporter kandang juga membuat laga semakin menarik.
Faktor keamanan juga sangat penting mengingat urusannya sudah Menyangkut nyawa. Akar permasalahan yang sudah ruwet bahkan seperti lingkaran setan memang sulit diurai simpulnya, tapi bukan berarti tidak bisa.
