News

Bima Sakti Terpilih Menjadi Pelatih Timnas Indonesia U-17

65
×

Bima Sakti Terpilih Menjadi Pelatih Timnas Indonesia U-17

Sebarkan artikel ini
Bima Sakti secara resmi telah terpilih menjadi pelatih Timnas Indonesia U-17.
Bima Sakti secara resmi telah terpilih menjadi pelatih Timnas Indonesia U-17. (pssi.org)

TIMNAS.CO – Bima Sakti telah dipilih sebagai pelatih untuk tim U-17 yang sedang dipersiapkan untuk mengikuti U-17 di Indonesia.

Turnamen tersebut dijadwalkan akan berlangsung mulai tanggal 10 November hingga 2 Desember 2023. di Indonesia.

Piala Dunia U-17 merupakan kompetisi sepakbola yang diadakan setiap dua tahun sekali, dengan 24 negara bertarung untuk merebut gelar juara.

Hingga saat ini, sudah ada 20 negara yang berhasil memastikan diri lolos ke Piala Dunia U-17 tahun 2023 ini.

Sementara itu, empat tiket tersisa akan diperebutkan oleh wakil-wakil Asia melalui kompetisi Piala Asia U-17 di Thailand.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum , , mengungkapkan bahwa pada bulan Juli dan Agustus, akan dilakukan proses seleksi untuk menentukan pemain yang layak masuk ke dalam tim U-17.

Setelah itu, mereka akan dikirim ke luar negeri untuk menjalani pemusatan latihan serta melakukan uji coba dengan berbagai negara seperti Eropa, Asia, dan Afrika.

Hal ini bertujuan agar para pemain tidak terkejut ketika berhadapan dengan tim-tim kuat di turnamen nanti.

“Pada Juli dan Agustus kita akan seleksi pemain yang pantas masuk tim U-17. Setelah itu akan kita kirim ke luar negeri untuk menjalani pemusatan latihan sekaligus melakukan uji coba dengan negara-negara Eropa, Asia, Afrika, dan lain-lain. Tujuannya agar mereka tidak kaget kalau nanti melawan tim-tim tangguh,” kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir.

Erick juga memastikan bahwa Bima Sakti akan didampingi oleh tim pelatih. Detail mengenai anggota tim pelatih akan dibahas dalam rapat Exco PSSI.

Erick berharap agar Piala Dunia U-17 berjalan dengan lancar, meskipun pada saat itu sudah dimulai kampanye untuk Pemilu 2024.

Ia menekankan pentingnya memisahkan olahraga dan politik, dan mengingatkan bahwa pada bulan yang sama, Liga 1 juga akan berlangsung meskipun dengan kapasitas penonton hanya 50%.

“Kita harus mulai membiasakan diri dan tidak mencampuradukkan antara olahraga dan politik. Toh pada bulan itu Liga 1 juga sudah berjalan, meskipun kapasitas hanya 50%,” imbuh Erick.