Liga Indonesia

Pro Kontra Regulasi Pemain Asing Untuk Liga 2 Musim 2023-2024

3837
Regulasi Pemain Asing Liga 2

PT (LIB) yang musim ini masih menjadi operator , melalui sang Direktur Utama , memberikan pernyataan jika untuk Liga 2 2023-2024 akan diberlakukan regulasi pemain asing.

Dalam jumpa dengan wartawan pada 28 Juni 2023 kemarin, Ferry Paulus menambahkan jika nanti regulasi pemain asing untuk Liga 2 musim 2023-2024 adalah dengan batasan kuota 1 pemain asing + 1 pemain Asia.

Regulasi baru Liga 2 ini tentu ditanggapi dengan beragam.

Ada yang menyambut baik. Karena jika dilihat dari sisi positif, regulasi pemain asing akan meningkatkan mutu serta nilai pasar Liga 2.

Selain itu dengan hadirnya pemain asing maka akan terjadi kompetisi yang sehat dengan para pemain lokal. Terutama pemain muda.

Namun, banyak juga yang kurang antusias menyambut regulasi ini.

Pasalnya, masih banyak klub di Liga 2 yang secara finansial masih sangat berantakan. Jangankan klub Liga 2, klub Liga 1 saja banyak yang begitu.

Klub akan seperti memaksakan diri untuk merekrut pemain asing. Entah memang butuh atau cuma gengsi. Atau takut tidak bisa bersaing dengan klub yang lain.

Ditambah lagi, Indonesia sudah masuk tahun politik. Sepak bola bisa menjadi alat ampuh untuk mendulang suara. Caranya ya dengan merekrut pemain asing. 

Cara ini sudah lazim dilakukan. Sayangnya tanpa memperhatikan keuangan klub itu sendiri. Akhirnya bukan prestasi, malah keuangan klub yang menjadi korban. Sudah banyak contoh dari kasus ini. 

Kekhawatiran beberapa pihak terhadap regulasi pemain asing di Liga 2 ini juga didasari dari kasus Diego Mendieta.

Pemain asal Paraguay yang memperkuat Persis Solo yang saat itu bermain di kasta kedua pada 2012, hidup luntang-lantung di kota Solo akibat gajinya selama empat bulan ditunggak oleh klub. 

Jumlahnya cukup besar, 120 juta. Diego Mendieta juga harus bolak-balik mendapatkan perawatan untuk penyakit yang dideritanya. Diego Mendieta akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 4 Desember 2012 di rumah sakit di kota Solo.

Kasus tersebut bahkan mendapat sorotan dunia. Terlebih saat itu PSSI sendiri juga sibuk dengan konflik internal yang makin membuat publik geram.

Exit mobile version