Arema FC bagaikan hidup segan mati tak mau. Setelah melepas semua pemain asingnya, termasuk penjaga gawang andalan asal Brasil, Adilson Maringa yang kini berseragam Bali United, banyak yang berujar jika Arema FC sudah tamat.
Apalagi mereka sampai mengadakan seleksi pemain baru, yang sebenernya wajar dilakukan oleh klub manapun di dunia. Namun tampaknya banyak yang mengendus ketidakberesan yang ada di tubuh klub alumni Galatama ini.
Memang, kemudian Arema FC merekrut pemain asing baru. Tapi rasanya tidak ada yang mau peduli.
Terlebih, pada tahun ini klub yang berjuluk Singo Edan gagal mendapatkan lisensi klub AFC. Jangankan AFC, lisensi klub nasional pun Arema FC tidak dapat. Sebenarnya kondisi keuangan klub ini stabil. Nama Arema FC adalah jaminan mutu datangnya sponsor.
Soal perjalanan mereka selama di Liga 1 juga cukup memuaskan. Sampai sekarang masih belum ada klub yang dapat mematahkan rekor tidak terkalahkan Arema FC dalam 23 laga pada Liga 1 musim 2021-2022.
Pembinaan pemain muda mereka juga tergolong lumayan. Fasilitas pun boleh dibilang memadai. Tapi justru aneh jika tahun ini Arema FC bisa mendapatkan lisensi AFC atau lisensi klub nasional mengingat apa yang terjadi pada tahun 2022 lalu.
Bahkan Arema FC sempat berencana akan bubar atau mengundurkan diri. Namun dengan berbagai pertimbangan, klub tidak jadi bubar. Soal pembubaran klub sebenarnya sudah diatur dalam Pasal 7 Regulasi Liga 1 2022-2023. Tapi sebenarnya pasal ini sudah ada sejak tahun 2014.
Jika saja Arema FC jadi mundur pada putaran kedua Liga 1 musim 2022-2023 kemarin, Maka akan terjadi perubahan pada klasemen. Klub yang sudah menghadapi Arema FC, hasilnya tidak akan dihitung.
Kini muncul rencana untuk memboikot atau menolak kedatangan Arema FC. Pada musim depan, Arema FC akan menjadi klub musafir. Rencananya, Singo Edan akan memakai markas Bali United, Stadion I Wayan Dipta sebagai markas kandang mereka.
Beberapa suporter menolak berbagi tempat dengan Arema FC. Alasannya hanya satu: usut tuntas dulu Tragedi Kanjuruhan.