Analisis

Tengok Plus Minus Potong Generasi ala Shin Tae-yong Bagi Timnas Indonesia

14149
×

Tengok Plus Minus Potong Generasi ala Shin Tae-yong Bagi Timnas Indonesia

Sebarkan artikel ini
Statistik Timnas Indonesia U-23 vs China Taipei
instagram/timnas.indonesia

Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong telah ditunjuk menjadi pelatih sejak 2020 silam. Sejauh ini, anak asuhnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

Meski belum sekali pun meraih gelar juara, tapi permainan timnas Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari kenaikan peringkat FIFA, di mana saat ini Indonesia berada di peringkat 147.

Salah satu hal yang menjadi gebrakan dari Shin Tae-yong, yakni berani memangkas generasi timnas Indonesia. Saat ini, skuad Garuda lebih banyak dihuni pemain muda.

Nama-nama yang pernah menghiasi timnas Indonesia sebelumnya, seperti Evan Dimas, Andik Vermansah, Osvaldo Haay, dan Hansamu Yama tak lagi mendapat kepercayaan di timnas saat ini.

Sebagai gantinya, Shin Tae-yong mengorbitkan nama-nama baru macam Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, Marselino Ferdinan, hingga Rizky Ridho.

Kepercayaan Shin Tae-yong kepada para pemain muda ini memang membuahkan hasil positif. Ia mampu membawa tiga timnas Indonesia ke ajang Piala Asia lewat jalur penyisihan, yakni U-20, U-23, dan senior.

Sisi positifnya, para pemain sudah cukup padu bermain dalam satu tim, karena mereka sudah sering bermain sejak masih di kategori junior.

Contoh saja Rizky Ridho, bek asal Persija itu terus menunjukkan permainan yang tangguh dan matang karena kerap diberi jam terbang di timnas senior. Begitu pula dengan Arhan dan Marselino.

Namun, bak sisi mata uang, ketergantungan dengan beberapa pemain juga dapat menjadi dampak buruk bagi tim.

Contoh nyata terlihat dalam ajang kali ini, Indonesia meraih hasil yang mengecewakan meski berhasil lolos ke babak 16 besar.

Dalam ajang ini, Indonesia tidak menyertakan Marselino Ferdinan. Lebih buruk lagi, yang biasanya menjadi back up dari Marselino juga mengalami cedera sebelum ajang ini dimulai.

Hasilnya, Indonesia memble dan tampak kebingungan dalam membangun serangan karena ketiadaan seorang pemain bertipe playmaker.

Selain seorang playmaker, Indonesia juga mempunyai masalah dengan seorang ujung tombak. Absennya Ramadhan Sananta tidak dapat ditutupi dengan baik oleh Titan Agung.