Analisis

Piala AFF: Masih Relevankah Bagi Timnas Indonesia?

2553
Piala AFF Timnas Indonesia

Masih relevankah jika menargetkan sebagai pencapaian selanjutnya?

Beberapa pihak menilai jika Piala AFF sudah tidak lagi relevan bagi Timnas Indonesia. Sudah saatnya Timnas Indonesia menargetkan yang lebih tinggi lagi. Piala Asia misalnya.

Kapten Timnas Indonesia saat ini, Asnawi Mangkualam Bahar, dalam sebuah wawancara ditanya lebih memilih juara AFF atau empat besar Piala Asia. Pemain yang merumput di Korea Selatan itu menjawab dengan tegas: empat besar Piala Asia. 

Soal gengsi, memang Piala Asia jauh lebih bergengsi daripada Piala AFF. Pemenang Piala Asia berhak mewakili Asia dalam turnamen Piala Konfederasi. 

Sebagai pemain, wajar saja dan bagus sekali jika Asnawi punya target seperti itu. 

Tapi bukan berarti Asnawi tidak mau membawa Timnas Indonesia menjadi Raja Asia Tenggara. 

Timnas Indonesia berhasil menghapus rasa penasaran medali emas . Timnas Indonesia juga sudah berhasil lolos ke Piala Asia setelah 17 tahun absen. Maka tidak salah jika trofi Piala AFF 2024 menjadi dambaan bagi suporter Timnas Indonesia selanjutnya. 

Namun bagi sebagian suporter, pola pikir macam itu adalah pola pikir yang tidak maju. Hanya berpikir soal trofi yang kelasnya “Piala Ciki”. 

Singapura lalu dipakai sebagai perbandingan. Singapura sudah berhasil mengumpulkan trofi Piala AFF sebanyak empat kali. Hebatnya, semua trofi tersebut berhasil diraih dari empat kali laga final. Artinya, Singapura belum  pernah kalah di final.

Namun bicara Piala Asia, Singapura hanya mampu menjadi peserta sebanyak satu kali saja sepanjang sejarah mereka, yakni tahun 1984.

Dasar itulah yang menjadi pemikiran sebagai suporter yang menganggap Piala AFF sudah tidak lagi menjadi patokan dan pencapaian.

Pemikiran tersebut jelas salah besar. Kamboja dan Myanmar adalah negara Asia Tenggara yang pernah berjaya di Piala Asia. Myanmar sekali menjadi runner up pada tahun 1968. Kamboja pernah menjadi empat besar dalam Piala Asia 1972.

Namun kini baik Myanmar maupun Kamboja sama-sama menjadi negara medioker di Asia Tenggara meski saat ini sedang berusaha bangkit kembali.

Exit mobile version