Lantas dengan kondisi seperti tadi, apakah bisa Pep Guardiola yang menuntut pemahaman taktik melatih Timnas Indonesia?
Jika dilihat, taktik Pep memang rumit. Namun Pep mampu membuat yang rumit menjadi sederhana. Karena Pep punya prinsip yang selalu dia pegang.
Prinsip inilah yang membuat sepak bola menjadi sederhana di tangannya.
Pep mampu menjelaskan dengan sederhana ke setiap pemainnya tentang taktik yang dia terapkan. Karena sepak bola memang sederhana saja. Bawa bola, oper, cetak gol.
Timnas Indonesia saat ini sebenarnya sudah banyak kemajuan. Garuda sudah berani bermain penguasaan bola. Secara progresi serangan juga terbilang baik. Tapi ada satu yang kurang: kontrol.
Penguasaan bola bukan berarti kita mengontrol permainan. Tim-tim yang nyaman dengan taktik pressing dan serangan balik sudah paham dengan hal tersebut. Tim yang unggul dalam penguasaan bola justru malah dikontrol permainnya oleh tim dengan taktik serangan balik.
Pep bisa menutup kelemahan Timnas Indonesia dalam hal kontrol permainan. Seperti bagaimana lepas dari kerumunan serta memecah pertahanan rapat lawan.
Sumber daya di Timnas Indonesia sudah tersedia untuk Pep. Ada Rachmat Irianto dan Marc Klok yang bisa berperan sebagai pembagi double pivot seperti peran Rodri dan John Stones di City.
Timnas Indonesia juga punya penyuplai dan penggiring bola mumpuni. Seperti Marcelino Ferdinan atau Stefano Lilipaly yang mampu menarik pemain bertahan lawan untuk keluar.
Pep juga biasa memainkan pola tiga bek. Hal yang juga sudah sangat lumrah diterapkan di klub-klub Liga 1.
Namun jika Pep tidak juga bisa memberikan pemahaman yang sederhana bagi para pemain lokal, Maka bisa jadi sepak bola Indonesia ini sebenarnya sudah dikutuk.