Analisis

Buruknya Pemahaman PSSI Tentang Regulasi AFC Bikin Timnas Indonesia Rungkad!

13538
×

Buruknya Pemahaman PSSI Tentang Regulasi AFC Bikin Timnas Indonesia Rungkad!

Sebarkan artikel ini
Komang Teguh dan Titan Agung Batal tampil di Piala AFF U-23 2023 (IG timnasindonesia.info)
Komang Teguh dan Titan Agung Batal tampil di Piala AFF U-23 2023 (IG timnasindonesia.info)

Peringatan terkait dua pemain Indonesia yang mendapatkan sanksi larangan bermain, yakni Komang Teguh dan Titan Agung tampak menunjukkan buruknya dalam memahami regulasi.

Dalam Pasal 2 Kode Etik dan Disiplin AFC, terungkap bahwa setiap hukuman atau sanksi yang diberikan AFC berlaku untuk dua situasi bagi pemain.

Pertama, setiap pertandingan yang diselenggarakan AFC. Kedua, setiap pertandingan dan kompetisi internasional yang membutuhkan persetujuan dari AFC.

Pada kasus Piala AFF, kompetisi tersebut masuk dalam kategori kedua. Meski bukan termasuk kompetisi resmi FIFA, namun tetap membutuhkan izin dari AFC.

Dengan adanya aturan tersebut, jelas sanksi yang ditujukan untuk Komang Teguh dan Titan Agung tetap berlaku untuk ajang Piala AFF.

Sebelumnya, pelatih Persija Jakarta Thomas Doll dan pelatih PSM Makassar Bernardo Tavares berlindung melalui Regulasi tentang Status dan Transfer Pemain yang memuat aturan kewajiban klub melepas pemain ketika dipanggil timnas.

Menurut mereka, aturan itu hanya berlaku pada kalender FIFA dan turnamen resmi di bawah naungan FIFA atau konfederasi anggota FIFA, misalnya Piala Asia atau Piala Afrika.

Berlandaskan aturan itu, Doll enggan melepas bek mereka Rizky Ridho, sedangkan Tavares tidak mengizinkan Dzaky Asraf meninggalkan skuad Juku Eja.

Jika di Eropa, keputusan Doll dan Tavares itu bisa dimaklumi. Klub-klub profesional memang memiliki hak untuk menjaga pemainnya di luar kalender internasional FIFA.

Namun, keputusan ini membuat petinggi PSSI mencak-mecak dan menuding pihak klub tidak mendukung kemajuan .

Polemik ini bahkan berbuntut panjang, hingga adanya ancaman dari PSSI untuk tidak membantu Persija dan PSM dalam pengembangan klub, serta wacana mengevaluasi pelatih asing yang berkarir di Indonesia.

Komunikasi antara PSSI dan pelatih klub semestinya perlu ditingkatkan lagi sebelum mengumumkan susunan skuad, terutama pada turnamen tingkat umur.

Jika tidak, pelatih-pelatih di Liga 1 bakal berpikir dua kali untuk memberikan jam terbang tinggi kepada pemain muda dari tim akademi klub.