Boaz Solossa merupakan salah satu bakat terbaik sepak bola yang pernah ditemukan dari tanah Papua. Ia mampu menembus skuad utama timnas Indonesia senior, bahkan saat masih berusia remaja.
Nama Boaz Solossa mencuat pertama kali saat Piala Tiger 2004 (kini Piala AFF). Kala itu, pelatih Peter Withe berani memberi tempat untuk anak muda berusia 18 tahun dalam skuad utama.
Bersama Elie Aiboy dan Ilham Jaya Kesuma, Boaz mampu membentuk trisula maut yang menakutkan bagi lawan-lawannya.
Dalam salah satu acara podcast, Boaz mengaku awalnya justru sempat mendapatkan penolakan dari keluarga besarnya untuk bermain sepak bola.
Boaz mengaku jika ia sesungguhnya pindah dari Sorong ke Jayapura untuk sekolah. Hal ini karena ayahnya sudah meninggal dunia, sehingga ia harus diurus oleh pamannya, Jacobus Solossa yang juga merupakan Gubernur Papua kala itu.
Saat itu, ia sedang mengikuti seleksi tim Papua yang akan berlaga dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) di bawah asuhan Rully Nere.
Untuk mengakalinya, ia sering bolos sekolah dan mengikuti kegiatan training center pembentukan tim PON Papua.
“Saya sering ngumpet jika ada paman saya datang saat latihan sepak bola, begitu paman saya pergi, baru saya muncul,” ungkap kakak Boci, sapaan akrabnya.
Karena selalu sembunyi-sembunyi untuk mengikuti latihan, akhirnya pelatih Rully Nere memberanikan diri untuk menghadap Gubernur.
Ia mengemukakan, jika Papua ingin meraih medali emas dalam ajang PON, maka nama Boaz harus masuk ke dalam tim tersebut.
“Om Rully yang ingin ketemu, saya yang (takut) setengah mati. Karena keluarga saya badannya besar-besar, kalau itu kena saya kan tidur juga di tanah,” ujarnya sambil tertawa.
Bahkan, Boaz mengungkapkan, pamannya turut hadir untuk meninjau secara langsung bagaimana permainannya dalam kegiatan seleksi tim PON tersebut.
Setelah itu, pada akhirnya ia mendapatkan restu untuk masuk dalam tim PON Papua. Meski begitu, ia tetap diperingatkan untuk tidak meninggalkan sekolah.
“Akhirnya beliau bilang kepada saya, ‘Oke, kali ini kau boleh ikut PON. Tapi ingat, kau mau main bola sehebat apapun, sekolah itu yang utama'. Ya sudah, aman negara,” ujarnya.