Dalam sebuah turnamen internasional, sudah selayaknya dan sewajarnya jika negara tuan rumah penyelenggaraan menjadi tim unggulan.
Saat drawing POT undian grup pun, negara tuan rumah ditempatkan di POT pertama bersama negara unggulan lainnya.
Dukungan penuh dari suporter tentu menjadi faktor penentu dalam perjalanan tuan rumah.
Piala Dunia yang sudah mulai sejak 1930 hingga 2022, tercatat ada enam negara tuan rumah yang bisa keluar menjadi juara: Uruguay, Italia, Inggris, Jerman Barat, Argentina, dan Prancis.
Namun catatan tersebut tidak berlaku pada gelaran Piala Dunia U-17. Tercatat dari awal penyelenggaraan yang dimulai pada tahun 1985 di Tiongkok hingga 2019 di Brasil, hanya ada dua negara tuan rumah yang mampu mengakhiri turnamen dengan gelar juara.
Dua negara tersebut adalah Meksiko pada Piala Dunia U-17 2011 dan Brasil pada Piala Dunia U-17 2019 dan merupakan juara bertahan Piala Dunia U-17.
Banyak faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya adalah banyak negara kategori random atau kurang kuat dalam sepak bola yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia antar pelajar ini.
Mulai dari Tiongkok, Kanada, Skotlandia, Ekuador, Mesir, Selandia Baru, Trinidad dan Tobago, Finlandia, Peru, Uni Emirat Arab, hingga India.
Faktor yang kedua adalah soal peta persaingan. Piala Dunia U-17 banyak diikuti oleh pemain muda yang bahkan sebagian besar belum pernah debut bersama klubnya. Sehingga kekuatan negara peserta menjadi abu-abu.
Pencapaian tertinggi negara tuan rumah di ajang Piala Dunia U-17 selain menjadi juara adalah keluar sebagai runner-up.
Kejadian tersebut juga hanya terjadi dua kali. Skotlandia pada tahun 1989 dan Nigeria pada tahun 2009.
Uniknya, Skotlandia dan Nigeria di final dikalahkan oleh negara kejutan. Skotlandia kalah oleh Arab Saudi. Sementara Nigeria dikalahkan oleh Swiss.
Nigeria sendiri merupakan negara dengan jumlah trofi terbanyak di Piala Dunia U-17 dengan koleksi 5 trofi. Dan Nigeria sendiri gagal menang saat menjadi tuan rumah.