Sepakan

Tolak Israel di Piala Dunia U-20 atau Terima Dengan Tangan Terbuka?

114
×

<strong>Tolak Israel di Piala Dunia U-20 atau Terima Dengan Tangan Terbuka?</strong>

Sebarkan artikel ini

Polemik terjadi kembali. Dalam persiapan menuju perhelatan yang akan dilangsungkan di Indonesia.

Kali ini masalah bukan datang dari venue atau masalah kesiapan fasilitas lainnya. Tapi datang dari penolakan terhadap timnas Israel U-20 yang akan berlaga di babak utama Piala Dunia U-20.

Penolakan datang dari dua partai politik dan beberapa ormas. Meski terlihat berbau politik apalagi memang akan masuk tahun politik, mari kita kesampingkan itu sejenak.

Pada Pembukaan UUD 1945, jelas tertuang bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Apa yang dilakukan Israel dengan mencaplok daerah Palestina, jelas merupakan salah satu bentuk penjajahan.

Indonesia sendiri pernah mengundurkan diri dari babak kualifikasi Piala Dunia 1958 karena menolak untuk berlaga melawan Israel pada babak berikutnya. 

Pada ajang Asian Games 1962 pun, Indonesia dibawah Presiden Soekarno melarang Israel turut serta dalam pesta olahraga negara Asia tersebut.

Israel sendiri dalam kancah sepakbola dan olahraga internasional juga mendapat penolakan.

Israel dikeluarkan dari keanggotaan AFC dan sempat bergabung dengan zona Oseania sebelum bergabung dengan UEFA hingga saat ini. 

Jangankan soal keanggotaannya yang mengundang penolakan dari berbagai negara, 134 klub sepakbola pernah melayangkan tuntutan agar salah satu apparel olahraga kenamaan asal Jerman untuk berhenti menjadi penyuplai keperluan timnas Israel pada 2018 kemarin.

FIFA juga seakan selalu menutup mata soal masalah ini. Politik dan sepakbola harus dipisah tapi FIFA sendiri melarang Rusia terlibat dalam kegiatan sepakbola atas tindakan invasinya terhadap Ukraina. 

Indonesia dalam hal ini nampaknya juga tidak mempermasalahkan masalah ini. Rencananya seluruh pertandingan timnas Israel U-20 akan digelar di Bali dan menjamin keamanan pemain dan ofisial Israel U-20.

Seperti yang kita ketahui, atlet dan ofisial Israel pernah menjadi korban pembantaian gerakan Black September saat Olimpiade Munich 1973. 11 korban terdiri dari 6 ofisial dan 5 atlet Israel.