TIMNAS.CO – Hubungan Indonesia dengan Malaysia bila ibarat film kartun, mungkin film kartun yang tepat untuk menggambarkan hubungan antar kedua negara besar di Asia Tenggara adalah kartun Tom and Jerry.
Dalam kartun Tom and Jerry, si kucing Tom selalu berkelahi dengan Jerry. Namun meski begitu, mereka sebenarnya akur-akur saja. Bahkan tak jarang dalam beberapa episode, mereka bekerjasama.
Pun dengan Indonesia dan Malaysia. Api perselisihan sudah disulut sejak Indonesia menyatakan secara terang-terangan menolak didirikannya Malaysia yang saat itu dianggap hanya sebagai negara boneka Imperialis Inggris. Saat itu memang Indonesia sedang giat dengan jargon anti Nekolim.
Pada masa sekarang juga sering kita dengar masalah perebutan klaim, yang menurut saya tidak begitu penting, seperti saling klaim tentang rendang, batik, keris, hingga lagu. Sampai ke perselisihan masalah sengketa pulau.
Meski begitu sebenarnya hubungan Indonesia-Malaysia ini mesra. Faktor karena serumpun juga mempengaruhi.
Dalam sepakbola, pertarungan Indonesia melawan Malaysia merupakan partai besar yang selalu ditunggu dengan tajuk ‘Derby Nusantara'.
Puncak rivalitas Indonesia dengan Malaysia terjadi pada Piala AFF 2010. Saat itu Indonesia benar-benar diunggulkan keluar sebagai juara. Apalagi telah berhasil menyingkirkan Thailand di fase grup.
Lawan Timnas di final adalah Malaysia yang dalam fase grup berhasil Timnas bantai dengan skor 5-1. Maka saat laga final AFF 2010 Timnas kembali dipertemukan Malaysia, harapan untuk pertama kalinya juara Piala AFF makin menggema.
Nyatanya Indonesia takluk 3-0 di Bukit Jalil. Pada leg kedua di Senayan, Indonesia menang 2-1 namun tetap kalah agregat.
Kebencian suporter Timnas pun diarahkan pada para pemain Malaysia. Terutama pada penyerang Harimau Malaya, Safee Sali. Safee Sali berhasil mencetak dua gol pada leg pertama dan satu gol pada leg kedua.
Dalam Piala AFF 2010 tersebut, bisa dibilang adalah panggung bagi Safee Sali. Saat itu usianya baru 26 tahun. Usia matang sebagai penyerang. Gaya main Safee mirip dengan Wayne Rooney. Agresif, licin, tidak takut untuk beradu badan dengan bek lawan.
Tak heran jika dia dijuluki sebagai ‘Rooney Malaysia”. Safee keluar sebagai top skor turnamen dengan koleksi 5 gol.
Meski dianggap sebagai ‘musuh', nyatanya banyak klub Indonesia yang tertarik untuk merekrut Safee. Mulai dari Persiba Balikpapan hingga Persib Bandung. Namun Safee malah memilih bergabung dengan Pelita Jaya.
Pelita Jaya punya sejarah dengan pernah mendatangkan Roger Milla dan Mario Kempes, seperti ingin melanjutkan tradisi mendatangkan kembali penyerang hebat.
Tak tanggung-tanggung, saat itu Safee mendapat bayaran gaji 267 juta per bulan. Media Malaysia bahkan menobatkan Safee Sali sebagai milyader sepakbola pertama Malaysia.
Bayaran besar ternyata berbanding lurus dengan penampilannya di lapangan. Tak butuh waktu lama, Safee menjadi pemain kesayangan suporter Pelita Jaya. Yang paling diingat tentu saja 4 gol-nya ke gawang Gresik United pada 24 Maret 2012. Pelita menang 6-1 di kandang Gresik United.
Bersama Pelita Jaya, Safee berhasil mengemas 27 gol dari 42 penampilan. Sayangnya saat itu Pelita Jaya merger dengan Arema, sehingga otomatis pemain Pelita menjadi pemain Arema, termasuk Safee.
Namun karena ada ribut-ribut dualisme kompetisi, Safee bisa terancam tidak bisa ikut Piala AFF 2012 bersama Malaysia. Akhirnya Safee memilih pulang dan bergabung dengan klub elit Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT).
Hingga saat ini belum ada lagi pemain Malaysia yang merumput di Liga Indonesia. Safee pernah buka suara tentang masalah ini. Menurut Safee, pemain Malaysia enggan ke Indonesia karena standar Liga Malaysia saat ini lebih tinggi dari Liga Indonesia.
Namun Safee menambahkan, masalah standar cuma alasan saja. Pemain Malaysia enggan keluar dari zona nyaman.
Selasa 21 Februari kemarin, Safee memutuskan untuk gantung sepatu. Safee pensiun di usia 39 tahun di mana 19 tahun hidupnya dia habiskan untuk sepakbola.
Indonesia sebenarnya patut berbangga karena menjadi tempat berkarir bagi salah satu pemain terbaik Asia Tenggara.